Rabu, 17 September 2014

Teori Asal Mula Bahasa

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertanyaan tentang bagaimana bahasa itu muncul sama dengan pertanyaan bagaimana awal mula dari sebuah kehidupan. Para ahli bahasa sudah sekian lama mengembara dengan penelitiannya tentang asal mula bahasa dan telah melahirkan beberapa teori, mulai yang coraknya sangat tradisional sampai kepada yang agak modern, namun belum ada satupun yang dapat memberikan keyakinan dan kejelasan yang pasti. Satu hal, karena dokumen-dokumen tertulis yang dapat membantu memberikan informasi valid tentang hal ini, relatif tidak mampu dipertanggungjawabkan. Dan diketahui bahwa, munculnya bahasa tulisan sekian juta tahun setelah sebelumnya dimana bahasa lisan telah dijadikan sebagai media untuk berhubungan diantara sesama manusia.
Walaupun rekaman fisikal nenek moyang kita dapat memberikan pencerahan tentang wujud bahasa pada tahap-tahap awal kehidupan manusia, namun demikian hingga kini tetap dalam misteri. Kemisteriusan asal mula bahasa ini, ternyata mampu mendorong bahkan semakin menguatkan semangat untuk terus mencoba, menela’ah dan mencari jawabannya.
Adalah tidak dapat dibantah, bahwa binatang maupun tumbuhan juga memiliki bahasa. Meskipun beberapa binatang dapat diajar untuk melakukan sesuatu termasuk diantaranya mengucapkan kata-kata tertentu, namun kemampuan manusia dalam berbahasa disertai dengan kemampuan manusia menetapkan aturan-aturan berbahasa. Bahkan manusia mampu membuat urutan-urutan Paling rumit sekalipun, dari bunyi-bunyi yang tidak bermakna menjadi memiliki makna yang pasti. Dari sini semakin terkuak jelas, bahwa munculnya bahasa di jagad semesta, terkhusus di planet yang kita huni ini sama sekali tidak mendahului munculnya manusia itu sendiri.

Rumusan Masalah
Teori apa sajakah yang mendasari asal mula bahasa?




BAB II
PEMBAHASAN

Asal Mula Bahasa
Pembahasan tentang asal mula bahasa, implisit didalamnya tentang bagaimana manusia memulai bebrbicara. Telah banyak penilitian yang dilakukan tentang asal mula bahasa, termasuk meneliti proses berbahasa seorang anak, memiliki bahasa yang tak bersistem seperti bahasa daun, bahasa binatang, dan meneliti tentang hubungan bahasa dengan perkembangan intelegensi manusia
Berikut ini penulis akan memaparkan teori asal mula bahasa yang meliputi teori yang bersumber dari Tuhan, bunyi alam, isyarat lisan, dan teori yang mendasarkan pada kemampuan manusia secara fisiologis., bahasa merupakan kesepakatan dan muncul secara spontanitas, bahasa bersumber dari potensi dalam diri manusia.

Bahasa bersumber dari Tuhan
Terdapat pandangan bahwa bahasa bersumber dari Tuhan. Menurut ajaran  Islam, Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama benda (Q.S. Al-Baqarah : 31 ) dan penciptaan bahasa yang bermacam-macam itu merupakan tanda kebesaran Allah ( Q.S. al-Rum : 22 ). Dan menurut agama Hindu, bahasa diciptakan oleh Dewi Saraswati, istri Dewa Brahma, sang pencipta alam. Menurut kisah dalam “kejadian” (injil, kejadian 2 : 19), manusia diciptakan dalam imajinasi Tuhan dan kemampuan bahasa salah satu dari sifat manusia.
Dalam doktrin berbagai agama dijelaskan bahwa, Tuhan melengkapi penciptaan manusia dengan bahasa. Akan tetapi, kisah dalam ajaran-ajaran itu belum membantu kita untuk mengetahui kapan dan bagaimana manusia memulai berbicara dan bahasa apa yang digunakan. Dalam upaya menemukan kembali bahasa asli yang bersumber dari Tuhan. Beberapa eksperimen telah dilakukan.
Penganut teori ini diantaranya : Filosof Yunani kuno Heraklitos, ahli Lugah Bahasa Arab Ibnu Faris dalam kitabnya al-shahibi, dan banyak lagi dari ahli linguist modern diantaranya Abu Lami dalam kitabnya Fann al-Kalam.

Bahasa bersumber dari bunyi alam
Menurut teori ini asal mula bahasa manusia didasarkan pada konsep bunyi alam. Salah seorang penganut teori ini seorang Filosof Yunani kuno, Socrates. Menurutnya, penerimaan bunyi-bunyi tindakan merupakan dasar asal mula bahasa dan merupakan alasan mengapa nama “yang benar” dapat ditemukan untuk benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi.
Menurut penganut teori ini, kata-kata yang paling sederhana dapat merupakan tiruan bunyi alam yang didengar oleh manusia di lingkungannya. Kenyataan bahwa banyaknya bahasa modern yang memiliki beberapa kata yang mirip dengan bunyi alam dapat digunakan untuk mendukung teori ini. Seperti dalam bahasa Indonesia kata “tokek” adalah nama binatang yang namanya sama dengan bunyinya. Dalam bahasa Jawa terdapat kata “Cicit” dan “Embik”, digunakan sebagai sebutan nama-nama binatang yang berbunyi dalam kedua kata iyu, yaitu tikus dan kambing. Dalam bahasa Inggris, terdapat kata “Cuckoo” yang merupakan bunyi burung yang dijadikan nama burung itu sendiri. Seorang peneliti Jerman Max Muller menyebut teori ini dengan teori “bow-bow”, karena kata “bow-bow” adalah bunyi salah satu anjing.
Terdapat beberapa bantahan dari teori ini, diantaranya, pertama, Sekalipun bahsa-bahasa tertentu ada kemiripannya dengan bunyi-bunyi tertentu, tapi ternyata banyak benda-benda yang tidak berbunyi, apalagi benda abstrak. Kedua, Tidak semua bunyi-bunyian menghasilkan bahasa yang sama atau suara/bunyi yang sama sering menghasilkan bahasa yang berbeda. Misalnya menirukan bunyi kokok ayam jantan, orang Jawa menyebutnya “Kukuruyuk”, orang inggris menyebutnya “cock-a-doodle-doo”, orang Perancis dan Spanyol menyebut “Cocorico”, orang Itali menyebut “Chichirichi”, sedangkan orang Cina menyebut “Wag-wag”.

Bahasa bersumber dari Bahasa Lisan
Menurut teori ini bahasa dihasilkan dari adanya hubungan antara isyarat fisik dan bunyi-bunyi yang dihasilkan secara lisan. Pada abad -19, Darwin menyodorkan hipotesis bahwa bahasa berasal dari “Pantomim mulut”. Hal ini berarti organ-organ vokal secara tidak sadar menurunkan isyarat-isyarat yang dilakukan oleh anggota tubuh yang lain. Bahasa bermula dari peniruan gerakan dari isyarat-isyarat tubuh secara verbal, berhubungan dengan mulut dan lidah, sehingga membuat orang dapat berbicara. Sepintas teori ini memang benar karena isyarat fisik yang melibatkan anggota tubuh, dapat menjadi alat untuk menyampaikan serangkaian makna, misalnya banyak manusia yang menggunakan mata, tangan, mimik muka, dan anggota tubuh lain dalam berkomunikasi.
Tampaknya teori ini tidak dapat melepaskan diri dari bantahan bahwa, kita memang dapat menggunakan mimik muka atau isyarat khusus untuk tujuan komunikasi, tetapi sulit sekali mengetahui “aspek lisan” yang sebenarnya akan mencerminkan isyarat-isyarat khusus itu. Disamping itu, terdapat banyak pesan bahasa yang tidak mungkin dapat disampaikan melalui jenis isyarat itu.

Bahasa bersumber dari adaptasi fisiologis
Teori lain dari asal mula bahasa manusia memfokuskan pada aspek-aspek fisik manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Faktor fisikal yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berbahasa.
Gigi manusia misalnya, berjajar tegak, tidak mengarah keluar seperti gigi kera, dan gigi manusia mempunyai ketinggian yang cukup teratur, ciri seperti itu tidak diperlukan untuk makan, tetapi sangat membantu dalam membuat bunyi-bunyi seperti “F”. Bibir manusia mempunyai saraf lebih banyak dan terjalin rumit dibanding dengan makhluk lain serta keluwesan jalinan saraf itu jelas membantu manusia menuturkan bunyi seperti, p, b, dan . mulut manusia relatif kecil, dapat dibuka dan ditutup dengan cepat dan mempunyai bidang sangat lentur yang dapat digunakan untuk membuat gerakan-gerakan bunyi.

Bahasa adalah hasil kesepakatan dan muncul secara spontanitas
Menurut teori ini, bahasa muncul secara spontanitas dan selanjutnya disepakati bersama oleh masyarakat penuturnya. Penganut teori ini adalah filosof yunani kuno (filosof abad -5 SM), Democritos, dan filosof modern Inggris Adam Smith, Reid dan Dugald Stewart.
Diantara kerancuan teori ini, bahwa ketika bahasa merupakan hasil kesepakatan, berarti pada fase-fase pertama munculnya manusia diplanet bumi ini, sudah terbentuk menjadi suatu masyarakat. Padahal penciptaan manusia tidak serta merta terbentuk menjadi suatu masyarakat, melainkan “memasyarakatkan” manusia melalui proses atau lebih tepatnya melalui evolusi.

Bahasa bersumber dari potensi dalam diri manusia
Menurut teori ini, manusia mampu berbahasa karena terdapat potensi kebahasaan dalam dirinya. Dengan adanya bantuan dari kemampuan anggota tubuh tertentu, potensi ini menyebabkan manusia mampu mengungkapkan apa yang diinginkannya dengan bahasa yang tersusun. Dan karena potensi inilah, maka cara “ pengungkapa” itu hampir sama bagi setiap orang pada tahap awal, sampai akhirnya mereka bisa saling memahami. Diantara penganut teori ini adalah Max Muller dan seorang Ilmuwan Perancis, Renan.
Terdapat beberapa bantahan atas teori ini. Pertama, tidak dijelaskan dari mana munculnya potensi kebahasaan yang dimaksud. Kedua penamaan suatu benda merupakan hasil intrepretasi sendiri. Ketiga, anggota tubuh yang fungsinya “mengungkapkan” juga dimiliki oleh binatang ( baca : burung ).























DAFTAR PUSTAKA

Rosmini, Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa dan Terpecahnya Bahasa Menjadi Beberapa Bahasa dan Dialek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar